AREMA MENJADI AREMI

>> Minggu, 24 Januari 2010 | Kategori:

Sebelum betanding seluruh Squad Arema selalu menyempatkan diri berkunjung ke Panti Asuhan untuk bercengkerama dan memberikan Santunan, Motivasi terhadap Pengelola dan Anak Panti Asuhan dan ini yang selalu dilakukan oleh Arema sejak dulu hingga sekarang dalam membagi kasih sesama. (Saat Ketua PAC GP Ansor Kepanjen menyambut di Panti Asuhan Mabarot NU Kepanjen)

AREMA adalah sebuah klub sepak bola yang bermarkas di kota Malang, Jawa Timur, Indonesia. Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987, Arema mempunyai julukan "Singo Edan" . Mereka bermain di Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana. Arema Indonesia adalah tim sekota dari Persema Malang. Sejak berganti pemilik dari PT Bentoel Investama, Tbk ke konsorsium di tahun 2009. secara resmi Arema Malang, berganti nama menjadi Arema Indonesia.

Sejak hadir di persepak bolaan nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar singa.[rujukan?] Kelompok suporter mereka dipanggil Aremania'.

Dengan bergantinya nama Arema Malang Menjadi Arema Indonesia menunjukkan bahwa Arema sudah memberikan contoh yang positif bagi persebolaan Indonesia yang tidak hanya mementingkan ikon lokal kedaerahan tetapi sudah berpikir lebih jauh dan maju tentang persebolaan di Indonesia.

Dari sisi managemen pengelolaan pendanaan arema adalah club yang sudah tidak tergantung dengan keuangan APBD, tren yang sudah di baik di Arema inilah yang harus mulai di tumbuh kembangkan PSSI sebagai organisasi yang bertanggungjawab mengembangkan Sepak bola di tanah air ini, dan mulai belajar dengan Arema bagaimana mengelola tim yang sudah tidak tergantung oleh keuangan APBD, yang terlihat dengan jerih payah managemen arema dan Suporternya AREMANIA menggalang Dana untuk menghidupi Arema, Komdis selalu menghukum Arema dengan denda, Bermain tanpa penonton yang artinya PSSI akan membunuh Arema, dengan tanpa penonton Arema tidak ada pemasukan keuangan untuk membiayai kompetisi.

Dengan banyaknya penonton Arema yang sampai pada pinggir lapangan itu menunjukkan bahwa animo masyarakat (Aremania) terhadap Arema sangat luar biasa, dan bila dicermati dalam pertandingan melawan Persemapun tidak terjadi hal yang menghawatirkan, diluar yang dikhawatirkan pelaksana, kerusuhan, mencederai lawan atau betindak brutal tetapi PSSI menganggap itu merupakan pelanggaran yang berujung pada denda dan bermain tanpa penonton walhasil sia-sialah jerih payah Aremania mengumpulkan dana untuk meringankan managemen Arema untuk menghidupi Club yang sudah tidak memberatkan pemerintah lagi kok selalu di denda dan didenda lagi. OH ?
Baca Selengkapnya...

Ngenet Sambil Nunggu Buka

>> Rabu, 20 Januari 2010 | Kategori:


Sahabat-sahabat PAC Ansor Kepanjen membahas program-program ke depan sambil menunggu Buka Puasa Ramadlon 1430 H yang lalu, dengan membuka blog PAC Ansor Kepanjen, berita apa yang menarik dan berguna bagi sahabat yang lagi mengakses untuk ditampilkan diblog. Sekali Berenang dua tiga pulau Terlampaui kata pepatah
Baca Selengkapnya...

Ansor Kabupaten Malang Gelar Sholat Ghoib untuk Gus Dur

>> Kamis, 14 Januari 2010 | Kategori:

Kabar duka meninggalnya KH Abdulrahmad Wahid, langsung mendapat respon Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Malang, Umar Usman. Lelaki yang berprofesi juga sebagai dokter umum ini, menginstruksikan seluruh jajaran anak cabang dan ranting untuk menggelar Sholat Ghoib, pada Rabu (39/12/09).

Kabar meninggalnya mendiang mantan Presiden Republik Indonesia itu, diterima Usman melalui SMS pendek saat dirinya sedang bertugas di klinik medis miliknya di Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, beberapa menit sebelum Gus Dur meninggal. Ia pun makin tercengang saat melihat tayangan tv, mengabarkan jika tokoh besar Nahdlatul Ulama itu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, hari itu, pukul 18.30.

Menurut Umar, Gus Dur adalah tokoh besar NU yang tidak akan pernah bisa tergantikan. Perjuangannya dalam menegakkan kemanusian-kemanusian di Indonesia, adalah bukti jika keberadaanya sebagai bapak bangsa, layak mendapatkan predikat itu.

"Semoga kami dan semua warga ansor serta NU di Kabupaten Malang, bisa meneruskan cita-cita beliau. Jasanya terlalu besar bagi kehidupan dan kemasalahatan umat," papar Umar.

Ia pun menambahkan, segai tokoh panutan yang tidak pernah tergantikan, Gus Dur adalah pahlawan kemanusian bagi rakyat kecil. "Perjuangan-perjuangan beliau untuk kemanusian sangat besar bentuknya. Semoga Allah membalas amal baiknya dan menempatkan Almarhum disisinya," ungkap Usman saat ditelepon Rabu mala mini.

Sementara itu, hingga malam ini, seluruh anak ranting dan cabang gerakan pemuda ansor di Kabupaten Malang akan melaksanakan sholat ghoib ditempatnya masing-masing untuk mendoakan Alamarhum Gus Dur. Ansor Kabupaten Malang pun rencananya akan menggunakan malam pergantian tahun yang tinggal satu hari kedepan, untuk tahlil akbar, bagi tokoh NU yang dekat dengan rakyat kecil dan berbagai golongan ini. (beritajatim.com)

www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

Gus Dur dan Kegaiban

>> Rabu, 13 Januari 2010 | Kategori:

Oleh; Moh Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi RI

Di tengah tangis dan impitan ribuan orang pada 31 Desember 2009 lalu, saya mengikuti dengan khusyuk upacara penguburan Gus Dur di Jombang.

Dari alunan takbir yang syahdu, saya mendengar banyak pengunjung yang menambah kalimat tahlil sambil menangis, Laa ilaaha illallah, Muhammadurrasululalah, Gus Dur waliyullaah,”Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, dan Gus Dur adalah wali Allah”. Meski banyak yang tidak percaya, banyak juga yang percaya bahwa Gus Dur adalah seorang wali, yakni, manusia yang oleh Allah diberi kemampuan khusus untuk mengetahui dan mengantisipasi hal-hal yang belum terjadi.

Ada yang menyebut Gus Dur mempunyai indera keenam. Gus Dur sendiri tertawa dan menolak kalau dirinya disebut wali.“Tak usah percaya kalau saya wali, saya hanya wali murid,” tuturnya sambil tertawa. Sebenarnya, mereka yang memercayai itu tidak dapat disalahkan. Di dalam Islam memang ada manusia khusus yang disebut wali dengan kemampuan yang luar biasa.Dalam perjalanan hidup dan perilaku Gus Dur juga ada hal-hal aneh yang kadang kala tak masuk akal, tetapi kerap kali terjadi.

Sebutlah sebagai contoh tentang pernyataan-pernyataan bahwa dia akan menjadi presiden. Ini bukan hanya disaksikan orang-orang NU, juga oleh orang nonmusim,seperti Marsillam Simanjuntak dan Irwan David,yang pernah bercerita langsung kepada saya. Ketika sama-sama menjadi menteri di era pemerintahan Gus Dur, Marsillam Simanjuntak pernah bercerita kepada saya bahwa jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur sudah menceritakan adanya pesan gaib bahwa dia akan menjadi presiden.

Marsillam bercerita bahwa pada suatu hari rapat Forum Demokrasi (Fordem) meminta Gus Dur mundur atau berhenti sebagai ketua. Alasannya, Gus Dur terlalu sibuk sehingga tak sempat mengurus Fordem dengan benar. Sumber lain menyebutkan bahwa saat itu Gus Dur diminta mundur karena pernah mempromosikan Tutut sebagai calon pemimpin masa depan. Atas permintaan mundur itu, Marsillam menuturkan, Gus Dur menanggapi dan menerima dengan enteng sambil mengatakan bahwa yang lebih pantas memimpin Fordem memang orang tekun dan teliti seperti Marsillam.

“Saya sendiri sudah sangat sibuk. Kata Mbah Hasyim, saya akan segera jadi presiden,” demikian Gus Dur menjawab tanpa beban. Mbah Hasyim adalah Kyai Hasyim Asy’ari, kakek Gus Dur yang dikenal sebagai pendiri NU. Reaksi orang-orang Fordem atas tanggapan Gus Dur itu beragam. Ada yang tertawa karena menganggap Gus Dur sedang melucu seperti biasanya, ada yang tertawa mengejek, dan ada yang terharu karena menganggap Gus Dur sudah tak waras.Ternyata,Gus Dur benarbenar menjadi presiden.

“Sebagai orang Kristen,saya tak percaya halhal begitu, tapi nyatanya Mas Dur benar-benar jadi presiden,” ujar Marsillam kepada saya. Irwan David, mantan anggota TNI yang kini menjadi pengusaha ekspor-impor mebel dan berdomisili di Bandung, pernah menceritakan hal yang sama kepada saya.Kawan dekat Gus Dur yang beragama Katolik ini bercerita bahwa pada pertengahan tahun 1998 Gus Dur mengatakan akan menjadi presiden. Waktu itu,Irwan tak percaya dan menganggapnya ngelantur, tetapi untuk menjaga perasaan temannya itu Irwan menjawab, “Ya, mudah-mudahan, Gus.

” Ternyata, pada 1999, Gus Dur benarbenar menjadi presiden dan Irwan David diundang untuk ngobrolngobroldi istana.“Bagi kami,orang Katolik, Gus Dur itu seperti santo yang oleh orang Islam disebut wali,“ tandasnya. Saat menjadi Presiden pun kalau mau bersikap atau mengambil keputusan Gus Dur sering merujuk isyarat-isyarat gaib.Tentu saja hal itu tak diungkapkan dalam rapat kabinet melainkan tercermin dari pernyataan dan langkah-langkah nyatanya. Kalau ngobrol dengan saya, Gus Dur sering bercerita bahwa “Tadi malam saya ditemui Mbah Mahdum,”atau “Mbah Hasyim berpesan begini…” Mbah Mahdum adalah nama asli Sunan Bonang.

Saya berkesimpulan bahwa meskipun menolak dirinya disebut wali,Gus Dur percaya pada kegaiban- kegaiban dan tak jarang perilakunya dipengaruhi apa yang kita sebut sebagai “pesan gaib.”Dalam konteks inilah saya paham mengapa Gus Dur sering berkunjung ke kuburan-kuburan,terutama kuburan- kuburan tokoh-tokoh besar masa lalu, seperti Sunan Bonang, Pangeran Jayakarta,Sunan Ampel, dan (tentu saja) kuburan ayahanda dan kakek-kakeknya yang merupakan para pendiri NU. Meski begitu, tidak mudah untuk memahami, ukuran dan jenis kegaiban macam apa yang dianut atau dihayati Gus Dur.

Sebab, adakalanya Gus Dur menolak atau menertawai pesan-pesan gaib yang disampaikan orang kepadanya. Ini saya alami sendiri. Pada awal 2001, sebagai Menteri Pertahanan,saya diundang untuk berceramah di pondok pesantren yang diasuh keluarga KH Said Aqil Siradj di Cirebon.Sebelum ceramah dimulai para kiai mengajak saya untuk berbicara khusus di sebuah ruangan. Para kai bertanya, apa betul Gus Dur akan berkunjung ke Mesir.Saya jawab bahwa Gus Dur memang akan berkunjung ke tujuh negara di Afrika dan Timur Tengah, termasuk Mesir,dan saya akan ikut dalam rombongan Presiden.

Para kiai itu berpesan agar Gus Dur mengurungkan dulu niatnya berkunjung ke Mesir. Sebab, kata para kiai itu,banyak presiden yang jatuh dari jabatannya setelah berkunjung ke Mesir.Para kiai itu lantas menyebut nama Presiden Soekarno,Presiden Soeharto, dan Presiden Habibie yang jatuh dari jabatannya tak lama setelah pulang dari Mesir. Ketika pesan para Kyai itu saya sampaikan kepada Gus Dur, ternyata Gus Dur tak menganggapnya serius. Gus Dur bilang bahwa dia tak bisa membatalkan kunjungan ke Mesir karena sudah dijadwalkan sejak lama secara kenegaraan oleh kedua negara.

Lagipula, apa hubungan antara berkunjung ke Mesir dan kejatuhan jabatan Presiden? “Tak masuk akal,masak berkunjung ke Mesir hanya tiga hari bisa jatuh dari jabatan presiden, padahal Husni Mubarak tinggal di Mesir dan menjadi presiden di sana lebih dari 20 tahun,tak jatuh-jatuh juga,“ papar Gus Dur sambil tertawa lebar.Tak lama setelah pulang dari Mesir,Gus Dur memang lengser keprabon. Percaya? (Telah dipublikasi di Sindo, 06/01/10)

www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

Gus Dur itu Teman Semua Orang

Oleh; Baharuddin Aritonang, Mantan Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Penulis Buku

Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Itulah ucapan pertama yang keluar dari mulut saya tatkala mengetahui meninggalnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sembari tak melepaskan pandangan dari layar televisi hanya beberapa saat selepas beliau menghadap- Nya.

Padahal berita itu baru saja melaporkan beliau dibawa ke rumah sakit dan dijenguk oleh Presiden RI. Saya merasa menyesal karena belum sempat menyerahkan langsung buku saya terbaru yang pernah kami perbincangkan di Kantor Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU). Namun, memang itulah selalu yang terjadi, kita hanya merencanakan sesuatu, sedangkan keputusan selalu ada pada-Nya.

Tentu saja banyak, bahkan banyak sekali,yang merasa kehilangan atas berpulangnya beliau ke Rahmatullah. Buktinya masa perkabungan itu seolah tak ada habishabisnya. Puluhan ribu pelayat mengantarnya ke persemayaman terakhir.Hari-hari berikutnya masih banyak yang datang berziarah.

Agaknya semua warga bangsa,bahkan banyak bangsa lain,ikut mengungkapkan rasa kehilangannya. Gus Dur disenangi banyak orang, dari semua unsur,baik etnik,aliran, golongan, partai maupun agama. Tak aneh bila beliau disebut sebagai tokoh pluralis, di samping tokoh demokrasi dan pelindung kaum minoritas.

Nasi Bungkus

Saya mengenal beliau sejak awal-awal tahun 1980-an. Bertahun- tahun kami bertemu dan berbincang di perpustakaan majalah Tempo.Ketika itu saya menjadi redaktur di majalah Medika, sedangkan Bu Nurijah di majalah Zaman. Keduanya anak perusahaan PT Grafiti,Tempo Group. Sembari menunggu Bu Nurijah, kami berdiskusi di perpustakaan yang terletak di Proyek Senen itu.

Sesekali kami makan nasi bungkus bersama. Di perpustakaan itu pula naskah untuk kolomnya di majalah Tempo acap kali lahir.Tatkala itu Penerbit Grafiti,anak perusahaan PT Grafiti lainnya,menerbitkan buku yang amat terkenal Mati Ketawa ala Rusia. Jika buku saya Orang Batak Naik Hajidiilhami buku Orang Jawa Naik Haji-nya Danarto (yang kala itu redaktur di majalah Zaman), maka buku saya Ketawa Ngakak di Senayan diilhami oleh buku Mati Ketawa ala Rusiadi atas.

Topik perbincangan kami kalau bertemu memang biasanya hanya di sekitar buku atau dunia tulis-menulis. Termasuk seusai salat Idul Adha pertama di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh seusai tsunami (pada tahun 2005). Gus Dur ikut dalam rombongan Bapak Presiden, sedangkan saya berkunjung sebagai anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengaudit bantuan darurat untuk bencana tsunami itu. Tatkala beliau berdiri di pintu belakang bersama Mbak Yeni (putrinya), saya menyapa sembari menyalami.

“Baharuddin Aritonang,Gus Dur!” ucap saya nyaring. Langsung saya diberi jawaban begini,“Wah,kalau begini Anda bisa menulis buku ‘Orang Batak Salat Id di Mesjid Raya Banda Aceh’,” balas Gus Dur. Rupanya Gus Dur juga membaca buku saya Orang Batak Naik Haji. Iya dong, jawabnya ketika keraguan itu saya lontarkan.

Saya kemudian bercerita, ketika menulis buku Ketawa Ngakak di Senayan, sesungguhnya saya berharap Gus Dur yang membuat kata pengantarnya. “Kenapa tidak Anda minta,” tanyanya. Ketika itu Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia. Saya ragu, ujar saya. “Memangnya kenapa? Coba kau temui saya.Kalau tidak Istana,yadi Ciganjur,” ucapnya santai. Saya pikir Gus Dur tidaklah berbasa basi.

Teman Semua Orang

Ketika saya menulis buku berikutnya, Orang Batak Berpuasa, saya minta pula komentar beliau untuk kulit belakang.Komentar itu pun dimuat oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), penerbitnya. Ternyata artikel berjudul sama, “Orang Batak Berpuasa”, muncul di harian Seputar Indonesia. Tak aneh jika kemudian terjadi sedikit perdebatan di harian Seputar Indonesia edisi Sumatera Utara (Sumut) tentang topik ini.

Artikel semacam ini lahir dari Gus Dur sesungguhnya wajar saja.Kebetulan salah seorang besan Gus Dur berasal dari kampung saya di Padangsidempuan di mana latar belakang cerita berpuasa itu lahir. Buku saya yang terakhir pun tak lepas dari perbincangan kami.Karena itu, saya berniat menyampaikannya kepada beliau.Tapi niat itu tidak kesampaian. Beliau keburu menghadap-Nya.

Tentu saja tidak sekadar itu. Wawasan Gus Dur teramat luas untuk hanya mengupas buku atau melahirkan ulasan tentang Batak dan tentang berpuasa.Apalagi kehidupan beragama di kampung saya yang memang mayoritas penganut ahlussunnah waljamaah alias kaum nahdliyin. Sebagaimana kita ketahui, wawasan Gus Dur melampaui sekat-sekat kehidupan beragama, bahkan semuanya itu dilaksanakan dalam kehidupannya sehari-hari.

Dia amat menghargai sesama, seorang yang amat toleran dan humanis. Tak mengherankan bila harian Seputar Indonesia secara rutin memuat tulisan-tulisannya dengan beragam topik yang amat luas. Dulu,di tahun-tahun awal 1980- an, Gus Dur malah rajin menulis ulasan tentang pertandingan sepak bola di sebuah harian nasional. Bahkan Gus Dur juga lama aktif di Dewan Kesenian Jakarta atau di Festival Film Indonesia (FFI).

Belum lagi beliau menjadi Ketua Umum PB NU,organisasi kemasyarakatan terbesar, atau mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahkan pernah menjadi orang nomor satu di Republik ini. Tak aneh bila seperti penguasaan ilmu dan wawasannya, pergaulannya pun begitu luas dan beragam. Terkadang saya juga merasa malu kalau mengatakan kenal dengan Gus Dur.Karena rasanya semua orang seperti saya.Gus Dur teman semua orang dan semua orang akan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Selamat jalan Gus Dur! (Sumber: Sindo, 12/01/10)

www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

Gus Dur Pemimpin Sederhana dan Berkarakter

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Surjono Hadi Sutjahjo, MS, Rabu, mengatakan, perjuangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam mewujudkan keadilan dalam berbangsa dan bernegara harus dilanjutkan. Dalam perbincangan di Bogor, Prof Dr Surjono Hadi Sutjahjo mengatakan, selama hidupnya Gus Dur telah mengajarkan bangsa Indonesia mengenai banyak hal terkait mulai hubungan agama (Islam) dengan negara, toleransi antarumat beragama hingga persamaan hak sebagai warga negara.

Selain itu, Gus Dur juga mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan pendapat, menghilangkan diskriminasi berdasarkan ras dan agama serta mewujudkan kemandirian bangsa dalam arti luas.

"Gus Dur telah memberikan banyak pelajaran kepada bangsa ini. Teladan yang telah ditunjukkannya harus dapat dilanjutkan oleh bangsa ini," kata anggota tim ahli evaluasi program 100 hari SBY-Boediono yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta.

Surjono yang juga ketua program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Pascasarjana IPB menambahkan, Gus Dur juga telah memberikan teladan kepada bangsa ini berupa kesederahaan. Meski menjadi pemimpin besar dan pernah menjabat presiden, namun Gus Dur selalu menunjukkan kesederhanaan.

Selain itu, Gus Dur juga memiliki type sebagai pemimpin berkarakter. Tak ayal saat memimpin bangsa ini, meski tengah dilanda situasi krisis multi dimensi, namun Gus Dur selalu mengedepankan kemandirian dalam mewujudkan pembangunan.

"Teladan dan perjuangan yang pernah dilakukan Gus Dur semasa hidup harus dilanjutkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran Indonesia secara berkelanjutan," ujarnya.

Dia menambahkan, terlepas dari berbagai kekurangan dan keterbatasannya secara fisik, Gus Dur telah melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia yang patut diapresiasi."Kita harus menjadi bangsa yang tahu cara berterima kasih kepada jasa pemimpin. Kita tidak boleh menghilangkan atau melupakan sejarah," lanjutnya. (yaiyalah.com)

www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

Perjalanan Hidup Gus Dur

Kiai Haji Abdurrahman Wahid yang sering dikenal dengan nama Gus Dur adalah salah satu tokoh nasional yang banyak mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Cucu ulama besar KH Hasyim Asy'ari tersebut pernah menjabat Ketua Nahdlatul Ulama (NU). Gus Dur pula yang mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di era reformasi.

Gus Dur meninggal dunia, Rabu (30/12/2009), sekitar pukul 18.45 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) setelah sempat dirawat beberapa hari dan menjalani cuci darah. Gus Dur meninggalkan seorang istri Shinta Nuriyah dan empat orang anak masing-masing Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zanuba Arifah, Anita Hayatunnufus, dan Inayah.

Perjalanan hidupnya dimulai di Jombang, Jawa Timur, tempat kelahirannya pada 4 Agustus 1940. Ia menjalani pendidikan sekolah dasar di Jakarta sejak tahun 1953 dan melanjutkan ke SMEP di Yogayakarta tahun 1956. Kemudian, Gus Dur melanjutkan pendidikan di pesantren Tambakberas Jombang pada tahun 1963. Gus Dur juga sempat mengenyam pendidikan di - Universitas Al Azhar, Department of Higher Islamic and Arabic Studies, Kairo dan Fakultas Sastra, Universitas Baghdad, Irak pada tahun 1970 namun tak sempat menyelesaikan.

Selepas itu, Gus Dur berkarir menjadi guru dan dosen selama bertahun-tahun. Gus Dur menjadi Guru Madrasah Mu'allimat, Jombang (1959 - 1963), Dosen Universitas Hasyim Asyhari, Jombang (1972-1974), Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asyhari, Jombang dan (1972-1974).

Kemudian Gus Dur juga aktif di pesantren menjadi Sekretaris Pesantren Tebuireng, Jombang (1974 - 1979) dan menjadi konsultan di berbagai lembaga dan departemen pemerintahan pada tahun 1976. Selanjutnya, Gus Dur menjadi pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta sejak tahun 1976 hingga sekarang.

Di organisasi Nahdlatul Ulama, Gus Dur menjadi anggota Syuriah Nahdlatul Ulama tahun 1979- 1984. Ia juga menjabat Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk empat periode. Masing-masing 1984-1989, 1989-1994, dan1994 - 1999, dan 2000-2005.

Sementara di bidang pemerintahan, Gus Dur pernah duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif. Ia menjadi anggota MPR dari utusan golongan selama dua periode. Masing-masing periode 1987-1992 dan 1999-2004. Karir politik tertinggi menjadi Presiden RI selama 2 tahun 1999-2001.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh kerukunan umat beragama bahkan cukup kontroversial karena menjadi anggota Dewan Pendiri Shimon Peres Peace Center, Tel Aviv, Israel. Ia pernah menjadi Wakil Ketua Kelompok Tiga Agama yaitu Islam, Kristen dan Yahudi yang di bentuk di Universitas Al Kala, Spanyol, Pendiri Forum 2000 (Organisisasi yang mementingkan Hubungan Antaragama). Ia juga pernha menjabat Ketua Dewan Internasional Konferensi Dunia bagi Agama dan Perdamaian (World Conference on Religion and Peace-WCRP), Italia tahun 1994.

Gus Dur juga pernah Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) periode 1983-1985. Meski mengalami penurunan kemampuan melihat, Gus Dur dikenal masih suka membaca melalui suido book bahkan sampai menjelang akhir hayatnya. Ia juga dikenal produktif menulis artikel dan buku.

Gus Dur juga banyak mendapat penghargaan seperti gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Jawaharlal Nehru, India, Bintang Tanda Jasa Kelas 1, Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dari Pemerintah Mesir, Pin Penghargaan Keluarga Berencana dari Perhimpunan Keluarga Berencana I, Ramon Magsaysay, Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI BJ Habibie, Gelar Doktor Honoris Causa, Bidang Perdamaian dari Soka University Jepang ( 2000 ), Global Tolerance Award dari Friends of the United Nations, New York ( 2003 ), World Peace Prize Award dari World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan ( 2003 ), Presiden World Headquarters on Non-Violence Peace Movement ( 2003 ), Penghargaan dari Simon Wiethemtal Center, Amerika Serikat ( 2008 ), Penghargaan dari Mebal Valor, Amerika Serikat (2008), Penghargaan dan kehormatan dari Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat, yang memakai namanya untuk penghargaan terhadap studi dan pengkajian kerukunan antarumat beragama, Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study (2008). (yaiyalah.com)


www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Wafat

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Pada hari Selasa, 30 Desember 2009, sekitar jam 18.45 WIB Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur telah wafat di Rumah Sakit Citro Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

dr Jusuf Misbach dari tim dokter Kepresidenan membenarkan mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggal dunia pukul 18.45 WIB. Gus Dur mengalami komplikasi penyakit stroke, diabetes, jantung dan kritis pada pukul 18.15 WIB sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Jusuf menambahkan Gus Dur dirawat sejak 26 Desember 2009 lalu dan kondisinya sempat membaik. Namun, pada Rabu, 30 Desember 2009, jam 11.30 WIB kondisinya memburuk.

Sementara itu, Gus Sholah panggilan akrab Sholahudin Wahid, adik kandung Gus Dur sempat menyatakan, sesuai tradisi, seluruh keluarga Bani Hasyim biasanya dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di Ponpes Tebu Ireng. Di komplek pemakaman inilah, Kakek Gus Dur KH Hasyim Asy'ari dan Bapaknya KH Wahid Hasyim dimakamkan.

Masih belum ada keputusan soal jenazah Gus Dur apakah langsung dibawa ke Jombang atau disemayamkan di kediamannya di Ciganjur terlebih dahulu.

SBY sempat datang ke RSCM setelah mendapat kabar bahwa Gus Dur dalam keadaan kritis. Seperti yang dilansir detik.com, SBY pun sempat melihat saat detik-detik terakhir menjelang kepulangan Gus Dur menghadap Sang Pencipta.

Setelah itu pun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera menggelar rapat dengan beberapa menteri di Istana Negara. Rapat ini membahas prosesi pemakaman Gus Dur, termasuk kemungkinan untuk pengibaran bendera setengah tiang selama seminggu penuh.

Kepergian Gus Dur di akhir tahun 2009 ini seolah mengingatkan kita, bahwa seharusnya di tahun baru 2010 kita lebih bisa intropeksi diri dan mendekat pada-Nya. Karena pada dasarnya semua manusia juga akan kembali pada-Nya. (yaiyalah.com)

www.gpansorkepanjen.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

SIMBOL dan GAMBAR NU



ICON :


Baca Selengkapnya...

Tentang Kami

Kami adalah warga generasi muda Nahdliyin.

Iklan Gratis

Untuk Semua Anggota PAC GP Ansor Kepanjen yang ingin memasang iklan gratis di sini, silahkan menghubungi crew blog ini di 0341-9460677.

Islamic Voice



Quantcast
Klik SHARE diatas bila ingin meng-copy widget ini ke Blog Anda.

Kirim Artikel ke Blog ini

Untuk Semua Anggota PAC GP Ansor Kepanjen yang ingin mengirim artikel ke Blog ini silahkan kirim ke email : rey@yaiyalah.com. Artikel kopi-paste harap disertakan keterangan sumbernya. Setiap artikel harap disertakan juga gambar/foto yang bisa dilampirkan di email tersebut. Terima kasih.

  © Copyright 2009 PAC GP Ansor Kepanjen Supported by InfoKepanjen.com

Back to TOP